Oleh ; Muhammad Mahdiannoor
Redaktur : Koran Mediapublik.Online Kabar Borneo raya.com
Menghadapi Pemilu tahun 2024, warga bangsa Indonesia sekarang tidak lagi khawatir dengan serangan fajar maupun pembagian sembako dari kandidat Caleg maupun Pilpres, sebab pilihan sudah mantap sesuai dengan pertimbangan akal sehat dengan menilik kandidat yang bersangkutan dari sudut etika, moral dan akhlak serta kapasitas intelektualitasnya.
Jadi kampanye seseru apapun, penilaian obyektif terhadap kapabilitas serta integritas calon yang menjadi pilihan itu sudah mantap, tak lagi bisa tergoyahkan oleh sekedar bingkisan-bingkisan yang sifatnya manipulatif itu. Sebab untuk pemberian yang ikhlas -- tanpa pamrih -- semestinya dapat diberikan jauh sebelum memasuki masa kampanye.
Selebihnya, warga masyarakat yang sudah semakin cerdas sekarang ini, sudah lebih banyak belajar -- atau paling tidak sudah mendengar dari kanan dan kirinya -- tentang pengalaman pada Pemilu sebelumnya.
Lebih dari itu, toh warga masyarakat bisa menelusuri jejak digital yang bersangkutan dengan cara yang paling mudah untuk mengetahui sekalian memahami reputasi maupun pengalaman calon kandidat yang bersangkutan. Tak hanya ikhwal sisi baiknya semata, tapi juga sisi keburukan yang bersangkutan.
Jadi masa kampanye yang dilakukan oleh para kandidat yang hendak berkontestasi dalam Pemilu 2024, semacam bagian dari klarifikasi saja tentang kebenaran dan kebaikan yang bersangkutan, jika kelak menjadi pemimpin di negeri ini. Maka itu, acara dapat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden misalnya, sekedar untuk menggenapi bentuk klarifikasi, sedangkan selebihnya sudah ada digenggaman pemegang suara.
Soalnya memang, sungguhkah Pemilu bisa dilaksanakan secara jujur, adil dan bermartabat -- beretika -- dengan tetap mengedepankan kepentingan rakyat banyak
Inilah sebabnya harapan dari Pemilu sangat diharapkan bisa memberi banyak tauladan, pendidikan serta upaya untuk lebih mendewasakan sikap politik bagi rakyat bahwa politik itu penting dan tidak jahat atau buruh, seperti yang terlanjur terpatri dalam hati banyak orang.
Pada bagian lain, memang Pilpres, Pileg maupun Pilkada terlanjur dianggap semacam pertandingan yang harus dimenangkan dengan cara apapun. Sehingga unsur pendidikan politik bagi rakyat semakin dikesampingkan, untuk kemudian menghalalkan segala cara.
Oleh karena itu, serangan fajar atau serbuan pasukan sembako tak lagi bisa diharap mampu menggoda keyakinan pilihan rakyat yang sudah mantap -- Istiqomah -- tiada akan bergeser sedikitpun, seperti ketetapan hati yang jujur, ikhlas, percaya untuk memberikan suara Tuhan -- seperti acap disebut banyak orang -- untuk mereka yang juga diyakini paling jujur, paling ikhlas untuk menunaikan amanat rakyat.
Karena itu, sosok seorang pemimpin yang pantas dan patut untuk dipilih adalah mereka yang tidak tidak memiliki potensi untuk berbohong, khianat dan mengabaikan kepentingan rakyat. Sebab mereka yang menjabat itu pada pokoknya harus mengayomi, membela sekaligus memperjuangkan aspura rakyat. Jika tidak, mengapa harus kita dipilih !?
Rakyat sekarang sudah siap menerima gelontoran Sembako serta serangan fajar. Apalagi, selalu diposisikan tidak elok jika menolak. Dan realitasnya pun, harga sembako di pasar pun tak kalah ugal-ugalan. Karena memang telah dijadikan bagian dari kelengkapan aksesoris kampanye yang dianggap pantas dan jamak untuk melengkapi prosesi acara...(MHD)
0 Komentar