(Ambin Demokrasi) TRAGEDI SAMPAH, ANOMALI PRILAKU Oleh: Noorhalis Majid

Mediapublik.com ; Banjarmasin 

Seperti halnya rokok, semua yang merokok tahu bahaya merokok. Di bungkusnya ada gambar menakutkan, seorang yang lehernya bolong karena merokok, atau tubuh tinggal tengkorak dimakan bahaya rokok. Sekali pun demikian, orang tetap saja merokok. Artinya, jangan kira yang merokok tidak paham bahaya merokok.

Demikian halnya kejahatan, jangan kira pelaku kejahatan tidak tahu bahwa berbuat jahat itu tidak boleh. Sangat paham berbuat jahat terlarang, tapi tetap saja berbuat jahat. Seperti halnya aparat yang bertugas memberantas korupsi, dia sendiri yang justru melakukan korupsi. 

Begitu juga dengan sampah, jangan kira yang membuang sampah tidak tahu bahayanya, apalagi membuang ke sungai atau kolong rumah, semua sangat paham akan merusak lingkungan, mencemari air permukaan, serta menimbulkan penyakit, tapi tetap saja sampah dibuang sesuka hati, menggunung mencemari lingkungan.

Itulah yang disebut anomali. Prilaku manusia suka anomali. Sekali pun tahu dan paham, tetap saja melakukan sebaliknya. 

Tata kelola pemerintahan juga demikian. Sangat paham investasi teknologi pengelolaan sampah jauh lebih bermanfaat bagi masa depan ketimbang membuat air mancur di jembatan atau di taman yang menyedot anggaran puluhan milyar, tapi tetap saja membangun air mancur diutamakan. 

Sangat paham membangun gedung kesenian, memberdayakan Dewan Kesenian serta menguatkan para pegiat seni jauh lebih bermanfaat dan berjangka panjang ketimbang membuat film berbiaya milyaran rupiah, tetap saja membuat film menjadi pilihan. 

Demikian halnya membangun sekolah yang rubuh, atau menciptakan kota tetap nyaman sehingga adipura mampu dipertahankan, jauh lebih penting ketimbang membuat rumah walikota dengan harga tanah puluhan milyar, namun tetap saja membangun rumah walikota menjadi pilihan utama.  

Dan berbagai kasus lainnya, dapat menjadi gambaran, bahwa prilaku sering kali bertolak belakang dengan pengetahuan, yang menggambarkan bahwa hidup ini sering kali anomali.

Karena itu, tragedi sampah yang tidak terkelola, hanyalah anomali dari skala prioritas tata kelola pemerintahan. Sederet penghargaan yang kerap dipublikasikan, seketika tidak bermakna, mana kala sampah tidak mampu dikelola dengan baik, sebab sampah cermin segala prilaku yang anomali. (nm)

Posting Komentar

0 Komentar